Rabu, 30 Maret 2011

Dog


The dog (Canis lupus familiaris[3] and Canis lupus dingo[1][2]) is a domesticated form of the gray wolf, a member of the Canidae family of the order Carnivora. The term is used for both feral and pet varieties. The dog was the first animal to be domesticated, and has been the most widely kept working, hunting, and companion animal in human history. The word "dog" may also mean the male of a canine species,[4] as opposed to the word "bitch" for the female of the species.[5]

Dogs were domesticated from gray wolves about 15,000 years ago.[6] They must have been very valuable to early human settlements, for they quickly became ubiquitous across world cultures. Dogs perform many roles for people, such as hunting, herding, pulling loads, protection, assisting police and military, companionship, and, more recently, aiding handicapped individuals. This impact on human society has given them the nickname "Man's best friend" in the western world. In 2001, there were estimated to be 400 million dogs in the world.[7]

Over the 15,000 year span the dog had been domesticated, it diverged into only a handful of landraces, groups of similar animals whose morphology and behavior have been shaped by environmental factors and functional roles. Through selective breeding by humans, the dog has developed into hundreds of varied breeds, and shows more behavioral and morphological variation than any other land mammal.[8] For example, height measured to the withers ranges from a few inches in the Chihuahua to a few feet in the Irish Wolfhound; color varies from white through grays (usually called "blue'") to black, and browns from light (tan) to dark ("red" or "chocolate") in a wide variation of patterns; coats can be short or long, coarse-haired to wool-like, straight, curly, or smooth.[9] It is common for most breeds to shed this coat.

Etymology and related terminology
Dog is the common use term that refers to members of the subspecies Canis lupus familiaris (canis, "dog"; lupus, "wolf"; familiaris, "of a household" or "domestic"). The term can also be used to refer to a wider range of related species, such as the members of the genus Canis, or "true dogs", including the wolf, coyote, and jackals; or it can refer to the members of the subfamily Caninae, which would also include the African wild dog; or it can be used to refer to any member of the family Canidae, which would also include the foxes, bush dog, raccoon dog, and others.[10] Some members of the family have "dog" in their common names, such as the raccoon dog and the African wild dog. A few animals have "dog" in their common names but are not canids, such as the prairie dog.

The English word dog comes from Middle English dogge, from Old English docga, a "powerful dog breed".[11] The term may derive from Proto-Germanic *dukkōn, represented in Old English finger-docce ("finger-muscle").[12] The word also shows the familiar petname diminutive -ga also seen in frogga "frog", picga "pig", stagga "stag", wicga "beetle, worm", among others.[13] Due to the archaic structure of the word, the term dog may ultimately derive from the earliest layer of Proto-Indo-European vocabulary, reflecting the role of the dog as the earliest domesticated animal.[14]

In 14th century England, hound (from Old English: hund) was the general word for all domestic canines, and dog referred to a subtype of hound, a group including the mastiff. It is believed this "dog" type of "hound" was so common it eventually became the prototype of the category “hound”.[15] By the 16th century, dog had become the general word, and hound had begun to refer only to types used for hunting.[16] Hound, cognate to German Hund, Dutch hond, common Scandinavian hund, and Icelandic hundur, is ultimately derived from the Proto-Indo-European *kwon- "dog", found in Welsh ci (plural cwn), Latin canis, Greek kýōn, Lithuanian šuõ.[17]

In breeding circles, a male canine is referred to as a dog, while a female is called a bitch (Middle English bicche, from Old English bicce, ultimately from Old Norse bikkja). A group of offspring is a litter. The father of a litter is called the sire, and the mother is called the dam. Offspring are generally called pups or puppies, from French poupée, until they are about a year old. The process of birth is whelping, from the Old English word hwelp, (cf. German Welpe, Dutch welp, Swedish valp, Icelandic hvelpur) .[18]

Taxonomy
he domestic dog was originally classified as Canis familiaris and Canis familiarus domesticus by Carolus Linnaeus in 1758,[19][20] and was reclassified in 1993 as Canis lupus familiaris, a subspecies of the gray wolf Canis lupus, by the Smithsonian Institution and the American Society of Mammalogists. Overwhelming evidence from behavior, vocalizations, morphology, and molecular biology led to the contemporary scientific understanding that a single species, the gray wolf, is the common ancestor for all breeds of domestic dogs;[21][22] however, the timeframe and mechanisms by which dogs diverged are controversial.[21] Canis lupus familiaris is listed as the name for the taxon that is broadly used in the scientific community and recommended by ITIS; Canis familiaris, however, is a recognised synomym.[23]

Museum Dirgantara Mandala


Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama
juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang digunakan oleh angkatan udara Indonesia

Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri Panglima Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri/ Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka Museum Angkatan Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu V), pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin.

Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.

Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di Pangkalan Udara Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU, Jakarta.

Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.

Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, bom atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.

alll inilah poto narsis berikutnya _^

Inilah poto Sinta & Jojo saat masih muda hahahaha :D
Sinta & Jojo sudah berlatih sejak dari kecil - hingga sekarang hahaha........:P

Ungkapan Isi Hati Seorang Wanita

*Dihari ini enggak ada kata-kata indah
      yang bisa ku
          rangkai

     *Atau pun hal
    istimewah yang
      mampu ku urai....

    *Mungkin ini gak
    berarti apa-apa
         bagimue....

    *Tapi yang pasti

     *Do'a ku akan
      mengiringi di
      setiap jejak
     langkahmue.....

       *Saat aku
     MENYADARI.....

      *Kita udah
   berpisah 1 tahun
          lebih

      *Tidak jumpa
     hampir setahun...

   *Bahkan engkau
   memutuskanku 5
       bulan lalu

      *Tapi entah
       kenapa...?

      *Aku enggak
        pernah bisa...

      *Menggantikanmu
          dengan yang
                lain...

    *Beberapa waktu
       lalu..,,memang
       pernah kucoba
     merelakan hatiku
      pada yang lain...

      *Tapi akhirnya...

       *Sadar dalam
        waktu singkat,

      *Hanya karena
        aku tak bisa
       membohongi,
        bahwa hatiku
       masih untukmu,,....

        *Bukan sok
         Puitis

          *Tapi
     percaya, enggak
        percaya...

        *Itulah
    kenyataannya...

  *Terimakasih atas
      warna yang
    pernah engkau
      lukis dalam
       hidupku...

     *Dan izinkan
     menyimpanya
     walau mungkin
   sebenarnya aku
       tak berhak
      memilikinya
           lagi..

     *Semua ini
      karena,,,....

    * "Kau yang
       Terindah...."

  *HAPPY BIRTHDAY
       yaach....

     *Semoga
     aku menjadi
   yang terbaik....